Textures4Photoshop.com
Mangsa
Mengait tinggi “hati” ke langit malam
Kau tatap bulan mati tak berbintang
Ditemani sorot mata lampu jalanan
Kau lihat kosong kegilaan
Dengan serigala menggeram kelaparan
Kan terurai harapan
Tapi kau tersenyum
Berbisik pelan
Kemudian…
Kau biarkan tubuhmu koyak dimakan kehidupan
‘Tuk Rajaku dan Kaisar seberang
Mimpi panjang ke masa depan
Akankah menjadi kenyataan?
Dari kepala anak penuh pertanyaan
Melawan putusan Sang Raja sekarang
Dengan menanggalkan gelar bangsawan
Bisakah ku capai tujuan?
Walau naif kubilang
Amati jalur perjalanan
Cari celah kesempatan
Tempat dimana kebisingan
Bisakah ku masuki medan perang?
Inilah angan ‘tuk perdamaian
Apa strategi lintasi tanah pertumpahan?
Demi menyampaikan kata pemerbaik hubungan
Menuju istana lawan
Sang Kaisar seberang lautan
‘Kan ku padamkan api peperangan
Meski ku ‘kan dibenci seorang
Ku maju untuk harapan
Pengindra
Hei! Hei!
Apa kau dengar?
Tangis tenggeret kematian
Nyanyikan penderitaan
Bisakah kau lihat?
Tusukan jarum kesedihan
Bilah hujan hitam kemerahan
Rusakan serpih kejiwaan
Bisa kau rasakan?
Kobar api dendam kemurkaan
Cipta abu arang kebencian
Tumbuhkan perang pembalasan
Sungguh dingin tengah kegelapan
Menggigil berselimut keheningan
Dipeluk cinta rekah lautan
Tandakan hilangnya nafas kehidupan
Rabalah lilit duri kemerahan
Musnahlah hati ujung harapan
Bangkitkanlah siulan kematian
Hujam tajamlah keputusasaan
Rasuklah sukma iblis kegilaan
Abaikan pedih ketakutan
Buat saja gores di pergelangan
Bingkai habis seluruh cairan
Di permukaan bumi penghakiman
Menyeringailah penuh kepuasan
Karena t’lah tinggalkan kehidupan
Karya: Hilma Mufidah
28 Januari Tahun 2019