Tolak Cap Perempuan Hanya Sebagai Fungsi Pupur, Dapur, dan Kasur

Teater Jaringan Anak Bahasa (JAB) sukses menyuguhkan tari kreasi tradisional Jawa dengan tema wanita desa di Jawa. Wedharingtyas sebagai salah satu kreografer tari tersebut menjelaskan pemilihan tari kreasi ini didasari oleh kegelisahan sebagai perempuan Jawa yang melihat fenomena kekerasan terhadap wanita.

Fenomena perempuan Jawa yang dinilai hanya menempati fungsi pupur, dapur, dan kasur saja, sehingga tidak bisa keluar dari zona nyamannya sebagai perempuan polos desa. Perempuan desa Jawa yang umumnya biasa dipandang sebagai sosok yang polos, lugu, dan kalem. Kerap kali menimbulkan peristiwa mereka sering direndahkan dan terjadi fakta-fakta kekerasan terhadap wanita.

“Tari ini menceritakan tentang perempuan desa yang masuk ke dalam zaman milenial, tetapi tetap mampu menyesuaikan diri dengan zaman. Mereka menapik cap terhadap perempuan sebagai sosok yang hanya menempati fungsi pupur, dapur, dan kasur (terminologi Jawa) yang akhirnya membuat miskonsepsi, akan tetapi mereka dapat berkontribusi di luar dengan kreativitas, kecerdasan, tanggung jawab, dan kemandirian,” jelas perempuan yang biasa disapa Wedhar.

Ia menambahkan, sesuai dengan nama tarinya, ‘sekar’ dalam bahasa Jawa krama berarti bunga yang identik dengan perempuan, ‘dibya’ berarti lembut, pekerja keras, kreatif, dan pandai.

Wiena Mardhina Putri selaku koordinator divisi tari Teater JAB mengatakan proses penciptaan koreo memakan waktu kurang lebih dua tahun, dan proses latihan satu bulan setengah, terjadi beberapa kesulitan saat memproduksi tari tersebut seperti pergantian gerakan tari dan beberapa kali terjadi pengurangan tim tari sehingga gerakannya harus disesuaikan lagi. Sementara itu, Tari Sekar Dibya telah diunggah ke kanal YouTube Teater JAB UAD pada tanggal 16 April 2021.

 

******
reporter: Annisa Maulida Ramadhani

Editor: Hanita Ayu

Sumber foto: @teaterjab

Leave a Reply