SEJAM MENCEKAM

Doni bersama keluarga hendak pergi ke luar kota, hari itu cuaca mendung tampaknya akan turun hujan, tapi Doni dan keluarga tetap memutuskan untuk berangkat dihari itu karena tiket telah dibeli. Tepat pukul 07.00 WIB Doni sudah berada di pelabuhan. Doni berusaha menghabiskan waktu dengan berbincang bersama sahabatnya, karena disaat itu Doni hendak pergi jauh dan akan menetap lama disana, hari itu adalah hari perpisahan Doni dengan sahabatnya. Tidak lupa mereka mengabadikan momen perpisahan itu, hingga panggilan keberangkatan untuk Doni dan keluarganya tiba.

Salam perpisahan mengakhiri pertemuan Doni dengan sahabatnya. “Selamat jalan sahabat, jaga dirimu baik-baik, semoga tercapai semua angan-anganmu, ku tunggu kesuksesan mu sahabat, jangan lupakan aku meski kau akan bertemu dengan banyak teman baru disana.” Ucap sahabat Doni ketika hendak berpisah. “Oke siap. Ah kamu ini mana mungkin aku bisa melupakan dirimu, Kamu tenang aja sahabat, aku pasti baik-baik saja, kamu juga jaga diri baik-baik disini ya.” Jawab Doni. Rasanya hati masih belum siap untuk meninggalkan tanah kelahiranku, sudah 19 tahun kakiku berdiri tegak di tanah ini, tapi apa boleh buat aku harus bisa melawan semua rasa itu demi masa depanku, karena aku pergi ke luar kota untuk melanjutkan pendidikanku.” Ucap Doni dalam hati.

Ketika kapal sudah berlayar Doni menikmati perjalanan bersama keluarganya. Mereka berbincang dan tertawa bersama menyaksikan acara televisi yang telah tersedia dikapal itu.
Tiba-tiba hujan menyapa, hujan turun dengan deras dan laut berubah menjadi ganas, ombak laut tinggi menampar kapal hingga jendela tertutup air, ombak membuat kapal terombang-ambing hampir terbalik, angin bertiup kencang seakan membantu ombak untuk membalikkan kapal itu agar hancur berantakan, kekuatannya mengguncang seluruh isi kapal.

Kini langit tak terlihat karena awan hitam dengan gagahnya menghalangi langit, ia tampak benci dengan kapal itu, suara gemuruh terdengar mengerikan. Matahari tak tampak lagi padahal hari masih siang, suara tangis anak semakin membuat hati Doni resah, ketakutan membekukan dirinya, tangan Doni bergetar, jantungnya berdetak begitu cepat. “YA ALLAH selamatkanlah kami.” Dalam hati Doni berdoa. “Sampai disini kah hidupku? YA ALLAH aku belum siap untuk mati, pahalaku masih tipis, jalan hidup ku masih panjang dan rencana yang sudahku bingkai belum terselesaikan.” Tanya Doni dalam hati. Hentakkan ombak membuat Doni kembali sadar, ini semua nyata Doni tidak sedang mimpi buruk. Orang-orang menjerit ketakutan, tangisan anak itu semakin nyaring, ayat-ayat Al-Qur’an dibacakan sangat kuat dan bahkan adzan pun sudah dikumandangkan didalam kapal itu. Petugas kapal berusaha menenangkan penumpang serta mengintruksikan penumpang; cara yang baik dan benar menggunakan rompi keselamatan, supaya penumpang bisa menggunakannya dengan baik dan benar.

Rompi keselamatan sudah terpasang ketat di tubuh Doni dan penumpang lainnya, Doni sudah pasrah jikalau kapal itu akan terbalik dan air akan masuk kedalam kemudian tenggelam lah kapal kecil yang lemah itu. “Jika benar semua yangku pikirkan ini terjadi, aku akan berusaha keluar dari kapal agar aku tak mati terjebak didalam kapal ini. Tapi bagaimana dengan keluarga ku? apakah mereka bisa melakukan seperti yang ingin aku lakukan nanti?” Tanya Doni dalam hati. Doni semakin cemas, ia merasa ketakutan dan penuh harapan, semua rasa itu bercampur aduk didalam pikirannya.

Selama isi kapal ricuh dengan teriakkan orang yang ketakutan, orang yang mengaji dan suara tangisan anak kecil. Nakhoda terus berusaha untuk melajukan kapal agar bisa melawan ombak yang lalu lalang menampar kapal. Setelah satu jam suasana mencekam itu terjadi, akhirnya kapal menepi disuatu pulau kecil, hingga ombak ganas itu hilang, dan awan hitam itu pergi. Semua penumpang selamat, meski ada yang kesakitan seperti pusing, mual dan muntah. Kapal kembali melanjutkan perjalanan menuju tujuan. Sebagaian penumpang memutuskan untuk tidak mengikuti perjalanan selanjutnya, sedangkan yang lainnya tetap mengikuti perjalanan sama seperti Doni dan keluarga yang memutuskan tetap bertahan mengikuti perjalanan selanjutnya, meski ketakutan masih membekas jelas di wajah Doni dan keluarga.

Sekarang hati Doni sedikit lega karena kapal berjalan dengan mulus. Sudah tidak ada lagi ombak jahat serta tak ada lagi hujan dan angin yang membuat kapal berjalan tak tentu arah. Kini langit yang cerah mengiringi perjalanan Doni bersama keluarga menuju tempat tujuan dengan nyaman. Suasana kapal sudah menjadi tenang, semua penumpang melakukan kegiatannya masing-masing, ada yang membaca buku, koran, novel dan menonton tv, ada pula yang tertidur lelap. Sedangkan Doni sibuk dengan handphone nya, bermain game offline, melihat foto bersama sahabat yang diambil saat sebelum berangkat, dan mendengar musik-musik kesukaannya.

Akhirnya kapal bergerak perlahan tanda pelabuhan sudah dekat, Doni dan penumpang lainnya bersiap untuk turun kepelabuhan. “Aku sudah tak sabar lagi hendak turun kepelabuhan sebab ketakutan ku berada didalam kapal ini masih terasa jelas.” Ucap Doni,
kini kapal sudah menepi, tali kapal juga sudah diikat erat-erat dan pintu kapal terbuka lebar. Kelegaan dapat dirasakan oleh semua yang berada didalam kapal, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan dengan selamat. Sehari setelah kejadian itu Doni pun mendaftar kuliahnya dan menetap disana. Sedangkan keluarga Doni pulang setelah 7 hari menemani Doni di kota.

Cerpen oleh Muhammad Trinanda Putra

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Universitas Ahmad Dahlan

 angkatan 2016

1 Comment

  1. Tulisan perlu disunting dengan teliti terlebih dahulu sebelum dipublikasikan. Kata ‘di’ yang seharusnya dipisah banyak yang digabung. Lalu, klitik ku, mu, nya. Lebih teliti lagi, yah… Aku suka.

Leave a Reply