Membidik Takwa Dua_Puisi Penyair Perempuan PBSI

Ilustrasi: Wildan Ghufron

 

Membidik dalam Doa

 

Hari yang tak disangka sebelumnya

Bertemu denganmu dengan segala rasa rindu

Ditambah sebuah gorden yang memisahkan tempat duduk kita kala itu

 

Waktu memang pintar dalam bermain-main soal keadaan

Namun, hanyalah waktu yang mampu mempertemukan seorang manusia yang saling merindu

Entah, apa yang akan dilakukan waktu setelah ini

 

Apakah akan selalu mempertemukan kita

atau akan menjauhkan kita dengan segala kehendak-Nya

Akan aku pasrahkan segalanya kepada Sang Maha Kuasa

Yang mampu menempatkan hati ini untuk yang terbaik

 

Selalu kulangitkan namamu

Entah Tuhan akan berkendak apa

Semoga kamu menjadi yang tersemogakan atas rida dari-Nya

 

Oleh Ucik Nurhidayati, mahasiswa PBSI angkatan 2016. Puisi ini pernah dimuat pada web cendekiawanpreneur.com pada tanggal 20 Juni 2019.

 

 

Rengkuhan Takwa

 

Lubuk hilir merayu benak hulu

Patah arang merana meradang

Berontak menuntut sambutan

Lemah jiwa gundah gulana

Hilang cinta bak berkubur hancur lebur

Sebuah rasa yang membabi buta

 

Cinta tiada dosa

Kuasalah yang berbahaya

Mengotaki hingga merajai

Membelenggu membuat pilu

 

Jangan tampik jangan pungkiri

Pemilik hati bukanlah diri

Kini bukalah diri bukalah hati

Ia telah merayu sedari tadi

Kita tiada kuasa akan cinta

Perih hati sebab rasa memiliki

 

20 Agustus 2019

Oleh Eva Nur Fathonah, mahasiswa PBSI angkatan 2017.

 

Pukul Dua

Ketika malam mulai sepi
Dan jangkrik mulai berbunyi
Kau terbangun dari tidurmu
Kau basahi raut wajahmu dengan air wudhu
Tak peduli rasa kantuk yang melanda
Tak peduli rasa letih yang kau rasa
Ayat-ayat Al-Quran kau lantunkan
Doa demi doa kau panjatkan
Demi orang yang kau cinta
Kau bersujud dan memohon ampunan kepadanya

 

Oleh Marizta Syahda Tiara Yahya, mahasiswa PBSI angkatan 2016.

 

Sendiri

Terima kasih
Telah membuatku jatuh cinta padamu
Kata-katamu yang membuatku luluh
dan membuatku runtuh
Aku pikir kau kepadaku
Ternyata kau kepada dia
Cinta itu berdua,
Dan aku sendirian!
Itu bukan cinta
Tapi derita

Oleh Estika Nurul Azizah, mahasiswa PBSI angkatan 2016.

 

Leave a Reply