Pentingnya ”Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Era Industri 4.0” Bersama Universitas Muhammadiyah Tangerang

Yogyakarta (19/04) Universitas Ahmad Dahlan melaksanakan kuliah umum bersama Universitas Muhammadiyah Tengerang pada tanggal 13 April 2019 di Aula Islamic Center. kuliah umum ini bertemakan “Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Era Industri 4.0” yang di isi oleh dua pembicara, yaitu Soleh Ibrahim, M.Pd dari Universitas Muhammadiyah Tengerang dan Wachid Eko Purwanto, M.A dari Universitas Ahmad Dahlan.

Berbicara tentang Bahasa dan Sastra Indonesia di Era Industri 4.0, Soleh Ibrahim menyampaikan adanya Revolusi Industri, mulai dari 1.0, 2.0, 3.0, sampai 4.0. Selain itu, Soleh juga menjelaskan tentang ciri-ciri era disrupsi dan pendidikan di era 4.0. Mengenai masalah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Era Industri 4.0, Wachid Eko menambahkan perlunya menjadi pebisnis sastra baik dalam hal writerpreneur penerbit maupun penulis.

Menurut Devi (mahasiswa UMT) kedua materi ini sangat menarik untuk mahasiswa Bahasa dan Sastra. Dalam hal ini, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) tidak hanya menjadi guru, tapi juga berpeluang untuk membisniskan sastra, baik penulis ataupun penerbit. “Setelah mengikuti  kuliah umum ini, saya lebih tertarik untuk menjadi writerpreneur penulis, sebab jika writerpreneur penerbit itu membutuhkan banyak orang,” ujar Devi. Selain itu, Devi berharap untuk memperbanyak kuliah umum seperti ini agar mahasiswa lebih banyak pengetahuan tentang dunia sastra.

Roni Sulistiyono S.Pd., M.Pd. selaku ketua program studi PBSI UAD juga merupakan ketua penyelenggara kuliah umum. Dalam kuliah umum ini diselenggarakan atas dasar kerja sama antar PBSI FKIP UAD dengan PBSI FKIP UMT. Acara ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan kepada mahasiswa PBSI UAD dan mahasiswa PBSI UMT. “Dari segi akademis, saya berharap apa yang telah disampaikan oleh kedua pembicara tadi dapat menambah wawasan kepada anak didik mahasiswa UAD dan UMT sehingga kedepannya dapat diimplikasikan dalam kehidupan sehari-hari” ujar dosen asal Bantul ini. Terutama yang disampaikan oleh Wachid, sangat realistis untuk pengembangan kewirausahaan dalam dunia sastra kepenulisan, mahasiswa PBSI harus membuka wawasan tentang kewirausahaan sastra. Jadi, lulusan PBSI tidak hanya menjadi guru, namun dapat juga berwirausaha dalam kepenulisan.”

 

Reporter: Ellinia Ika Gustiani dan Hanita Ayu, mahasiswa semester 2 PBSI UAD.

Leave a Reply