Sumber: https://sahabatragam.com
Pengharapan
Kuulangi lagi lelap tidurku di pangkuanmu seperti dulu, tak lupa kau selipkan doa dan harapan disela rambutku
Tangismu selalu jatuh dan penuh sedu untuk anak yang kau didik dengan tawadhu’
bebanmu terlalu berat namun setiap hari katamu makin fasih dan doamu makin jernih, tak sebanding dengan gigih hidup yang kulalui
Sudahkah hilang pegalmu sehabis sembahyang saban malam ?
Dan mendoakanku yang kian temaram pada tujuan yang masih teramat panjang
Yogyakarta, 2019
Pengajaran
Buk, bisa kupinjam tabah hati dan sembab matamu ?
Yang kau gunakan merayu zat yang penuh agung agar aku senantiasa beruntung
Jika bisa kusebarkan dengan ikhlas senyum dan anggun tindakanmu,
Jika tidak kupinjam doa dan jujur airmatamu
Yogyakarya, 2019
Puisi karya mahasiswa PBSI: Reindra Aji Kurniawan.
Perawan Vesta
Setelah tiga tahun terbaring tak berdaya,
Kumengenalmu sebagai sesuatu yang lain
Dalam bentuk yang lain pula
kau menyelinap naik ke ranjang
Merawat bilur dengan sabar
menyalakan perapian
“Agar kau tak kedinginan”
Ucapmu dengan tangan lembut
Kini, sejuk semilir suaramu membasuhinya,
ringan tiada beban
Vestia, kupikir kawan setia adalah gelisah
menutup jalan hati menuju isi kepala
setelah kau menyelinap, ternyata aku salah.
Tiga puluh tahun adalah waktu singkat,
Setidaknya, hingga Izrail duduk di atap
Pada kisah syekh siti jenar yang lebur dalam cinta-Nya,
aku ingin fana dalam dirimu,
sebab segala ungkapan hanya omong kosong belaka,
tdak ada satupun kata
dapat mewakili sebuah jiwa.
Yogyakarta, 2019
Abadi Tak Melulu Drupadi
Kau ucap selamat tinggal
Pada jati diri Drupadi, dengan kisah
bersama lelaki yang merasa sejati.
Merasa sendiri
Di halaman istana Kuru,
Arjunamu telah menyerupai Dursasana
Umpatan anak panah mencoba mencelakai
Baru kau sadari
Pada hatimu yang mengecap kegetiran,
tak mengapa kau dipermalukan
karena mencintai perkara tanpa sebab,
Menerima tanpa apa
Kelak, akan tiba seorang Resi melindungi.
Yogyakarta, 2019
Puisi karya mahasiswa PBSI angkatan 2016: Agung Setiawan