Menjawab Tantangan Guru di Masa Depan

Kreativitas Kita (Kreskit) mengadakan bincang-bincang literasi dengan tema Pendidikan dan Menulis pada Sabtu, 1 Desember 2018 di Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan.

Dalam bincang-bincang kali ini, Kreskit menghadirkan dua orang pembicara. Pembicara pertama adalah Indri Astuti, S.Pd, alumni PBSI UAD 2012, guru bahasa Indonesia dan pembimbing jurnalistik SMP N 1 Bantul. Pembicara yang kedua yaitu Mulyono, S.Pd.,M.Pd, Alumni PBSI UAD, penulis, guru bahasa Indonesia SMK Negeri 4 Yogyakarta.

Indri Astuti selama bincang-bincang banyak menceritakan pengalamannya menjadi guru selama 5 tahun. Seorang guru harusnya menjadi ideator atau pembawa perubahan dan gagasan baru di sekolah tempat mengabdi. Seorang guru juga harus siap fisik dan mental, misal menjadi tenaga pengajar di sekolah yang jaraknya jauh atau terpencil. Seorang guru pemula juga harus siap beradaptasi dengan lingkungan sekolah.

Banyak kendala menjadi seorang guru, terutama menghadapi siswa yang “aktif”. Seorang guru harus bisa mengorganisir kelas. Cara-cara menghadapi siswa yang “aktif’ ada dua hal menurut Indri, pertama posisikan diri sebagai seorang teman sekaligus berperan sebagai orang tua, kedua buatlah kesepakatan bersama dengan siswa terkait aturan di kelas dan proses belajar-mengajar.

Indri juga menuturkan pentingnya mahasiswa mengikuti organisasi semasa kuliah, sebab pengalaman mengikuti organisasi di kampus sangat berguna dan bermanfaat ketika menjadi guru. Mahasiswa yang mengikuti organisasi akan lebih siap saat mengajar di sekolah, sebab telah terbiasa berbicara dan mengorganisir orang banyak. Semasa kuliah di PBSI UAD, Indri mengikuti organisasi jurnalistik Kreskit. Pengalaman di Kreskit-lah yang diterapkan Indri ketika menjadi guru di SMP N 1 Bantul dengan menjadi pembimbing jurnalistik di sekolah tersebut. Sebelumnya di sekolah tersebut tidak ada ekstrakulikuler jurnalistik.

Menjadi guru bahasa Indonesia tak mesti harus mengajarkan, ini budi, ini bapak budi, ini ibu budi. Guru harusnya bisa lebih dari itu. Seorang guru harus bisa mengayomi, memberi contoh, dan membimbing siswa dalam hal apa pun. Menjadi seorang guru di era globalisasi harus bisa mengimbangi arus kemajuan teknologi, informasi, sains, dan digital yang sangat cepat. Hal itulah yang membuat Mulyono membimbing siswa-siswa SMK mengikuti berbagai perlombaan dalam bidang sains dan teknologi melalui kegiatan pengembangan diri, terutama kegiatan Karya Ilmiah Siswa. Jerih payahnya tak sia-sia. Mulyono dan para siswanya kerap meraih prestasi, baik di tingkat regional maupun nasional.

Mulyono pernah menjadi dosen di prodi PBSI UAD dan merupakan juara 3 guru SMK berprestasi nasional 2013. Lelaki kelahiran Bantul tersebut juga menulis buku ajar bahasa Indonesia untuk SMK di sela-sela kesibukannya mengajar. Salah satunya adalah buku Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMK Kelas XII seri panduan materi USBN dan UN 2019.

Mulyono punya cara tersendiri menghadapi murid yang “aktif”. Ia akan melakukan pindah kelas, yaitu pembelajaran di luar kelas untuk menghindari kebosanan siswa dalam proses belajar. Namun pembelajaran di luar kelas harus disesuaikan dengan materi bahan ajar bahasa Indonesia. Misal saat materi teks observasi, maka Mulyono mengajak siswa-siswanya keluar kelas untuk mengamati dan mencatat hal-hal yang dilihat.

Dalam mengajar, Mulyono menggunakan pembelajaran kontekstual, yakni yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa melalui tayangan-tayangan dan pengalaman nyata yang dihadapi para siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan metode ini, guru hanya sebagai fasilitator dalam mengembangkan kemampuan siswa memahami pelajaran yang digali dari pengalaman sendiri.

Mulyono mengembangkan metode pembelajaran 3in1 yang melibatkan guru/wali kelas dan juga sekolah. Ketiga komponen ini mempunyai satu tujuan, yaitu sukses ujian nasional (dapat memenuhi target kelulusan yang telah diterapkan oleh sekolah). Dalam model pembelajaran 3in1, pembelajaran melibatkan diri secara fisik, mental dan intelektual dalam aktivitas belajar, dilakukan secara aktif oleh semua komponen sekolah, yaitu siswa, guru, dan sekolah. Tujuan dari pembelajaran 3in1 ini sejak awal adalah untuk menyukseskan ujian nasional yang dilaksanakan di SMK Negeri 4 Yogyakarta.

Mengikuti organisasi saat kuliah bagi Mulyono merupakan hal yang penting, 70 % pengalaman organisasi dan hanya 30 % materi kuliah, diterapkan saat menjadi dosen maupun guru. Menurutnya dalam hal meningkatkan kompetensi dan kualifikasi, guru harus selalu aktif dan memiliki motivasi untuk meningkatkan diri dengan jalan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang kompetensi akademik, profesional, sosial dan kepribadian. (JI)

Leave a Reply