Maju Bahasa Indonesia

Menarik, tema besar Bulan Bahasa dan Sastra (BBS) 2019 adalah ‘Maju Bahasa dan Sastra, Maju Indonesia’. Dari tema itu, muncullah anggapan bahwa kemajuan di bidang bahasa dan sastra Indonesia kelak berdampak terhadap kemajuan bangsa. Dengan kata lain, faktor Bahasa Indonesia dan bangsa Indonesia merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Pertanyaannya kini, apakah pemerintah dan masyarakat kita sudah berfokus ke bidang tersebut?

Terhadap pertanyaan itu, saya ingin menjawabnya sebagai berikut. Ditilik dari segi sejarah, peristiwa Sumpah Pemuda (1928) terjadi sebelum peristiwa Proklamasi Indonesia (1945). Di dalam teks Sumpah Pemuda tertera pengakuan akan tiga hal: tanah air Indonesia, bangsa Indonesia, dan Bahasa Indonesia. Pengakuan itu, setelah 17 tahun kemudian, dikukuhkan menjadi pernyataan dalam wujud teks Proklamasi oleh Bung Karno dan Bung Hatta.

Dari kedua peristiwa bersejarah itu, yang ternyata saling terkait, diperoleh dua hal. Pertama, Bahasa Indonesia menjadi faktor pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. Bisa dibayangkan, jika yang tertulis di dalam teks Sumpah Pemuda, misalnya, ‘Kami putra-putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Jawa’, maka penutur bahasa daerah lain akan kerepotan belajar Bahasa Jawa. Demikian pula dengan bahasa-bahasa daerah lainnya.

Pemilihan Bahasa Indonesia

Kedua, terkait butir pertama, Bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar pendidikan dan kebudayaan nasional. Di Malaysia, ada sekolah-sekolah dengan berbahasa pengantar bahasa ibu, seperti sekolah berbahasa Melayu, Cina, dan Tamil, mengingat ketiga ras itu cukup dominan di sana. Untung saja, di Indonesia tidak ada. Jika ada, yang muncul justru kerepotan lagi. Misalnya, sekolah dasar Bahasa Jawa tidak bisa diikuti oleh anak berbahasa ibu Melayu, Bugis, dll.

Terkait dua hal di atas, kita patut bersyukur bahwa pemilihan Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara (Pasal 36 UUD 1945) tidak menjumpai kendala apa pun. Setelah itu, kita patut bersyukur pula bahwa 64 tahun kemudian, terbitlah Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Berkat aturan itu, posisi Bahasa Indonesia semakin kokoh sebagai bahasa negara.

Di sisi lain, pemodernan Bahasa Indonesia kian lama kian baik. Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan (populer Badan Bahasa) telah menerbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Kelima dalam dua versi, yaitu KBBI Daring dan KBBI Luring. Bahasa Indonesia telah dipadukan dengan dunia teknologi. Saat ini, orang begitu mudah mengakses KBBI Daring saat menemui kesulitan dalam hal berbahasa, baik tulis maupun lisan.

Selain itu, Badan Bahasa juga menggaungkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) melalui penerbitan naskah bacaan literasi. Berkat dari GLN, siswa-siswa Indonesia bertumbuh menjadi insan-insan yang mencintai kegiatan membaca dan menulis. Tak hanya itu, para guru, dosen, mahasiswa, sastrawan, pegiat literasi, pustakawan, pemustaka, hingga ibu rumah tangga kini aktif terlibat dalam penumbuhan budaya literasi di sekolah dan masyarakat.

Sementara itu, pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) kian lama kian berkembang. Hal itu terbukti dari pengiriman guru-guru BIPA di luar negeri, seperti Ari Kusmiatun (UNY) ke Jerman, Riani (BBY) ke Timor Leste, dan Nuny Sulistiany Idris (UPI) ke Rusia. Belum lagi adanya Program Beasiswa Darmasiswa bagi mahasiswa asing yang belajar bahasa dan budaya Indonesia. Pendek kata, program BIPA mengalami kemajuan yang berarti.

Pemajuan Bahasa Indonesia

Kembali ke pertanyaan di awal tulisan ini, apakah pemerintah dan masyarakat sudah berfokus ke bidang bahasa dan sastra Indonesia? Saya jawab, sudah. Saat ini, kita tetap perlu pemajuan Bahasa Indonesia di semua ranah. Di jenjang pendidikan dasar dan menengah, Bahasa Indonesia tetap menjadi mata pelajaran yang perlu sentuhan kreativitas dan inovasi. Di jenjang pendidikan tinggi, Bahasa Indonesia menjadi objek penelitian kebahasaan.

Terkait itu, kita berharap agar pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dapat berfokus ke bidang bahasa dan sastra Indonesia. Paling tidak, selama lima tahun ke depan (2019-2024) bangsa Indonesia mengalami kemajuan dari segi bidang literasi. Misalnya, jumlah produksi buku bertambah, jumlah royalti buku bertambah, dan jumlah perpustakaan bertambah. Kelak, kita akan memanen bangsa Indonesia yang berliterasi. Selamat Bulan Bahasa dan Sastra![]

Dimuat di Koran Kedaulatan Rakyat tanggal 29 Oktober 2019.

Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI FKIP UAD; Pembina Persma Kreskit; Humas FKIP UAD.

Leave a Reply