Gereja Gothic Sayidan, Asyik untuk Swafoto

Gereja Gothic Sayidan memang sebenarnya bukanlah tempat wisata, hanya sebuah bangunan tua. Polisi setempat menegaskan bangunan yang berada tepat di samping kantor polisi Gondomanan itu bukanlah tempat wisata. Bangunan ini bukanlah sebuah gereja, bahkan pada saat masa jayanya dulu, sebelum akhirnya kosong sejak lama. Walaupun dikenal dengan sebutan gereja dan gaya bangunan yang terlihat seperti sebuah gereja dengan aksen menara dan patung Yesus Kristus yang menghadap tepat ke Keraton Jogja.

Pesona bangunan yang terletak di Kampung Sayidan ini menarik banyak pengunjung setelah kepopulerannya naik di media sosial berbagi foto Instagram. Apalagi setelah bangunan toko ban dan onderdil Bah Petruk yang berada di sebelah utaranya dipugar. Secara kebetulan atau tidak lokasi bangunan lama yang dipugar menjadi spot terbaik berfoto dengan latar belakang bangunan bergaya Eropa ini. Letak Gereja Gothic Sayidan yang berada di tengah-tengah kampung Sayidan yang sempit dan dikelilingi bangunan-bangunan tinggi akhirnya bisa terlihat dengan jelas dari bekas lokasi Bah Petruk lama.

Bangunan di daerah Prawirodirjan, Gondomanan, Kota Yogyakarta ini mendadak viral di media sosial karena pesona eropanya. Bangunan ini dikenal dengan sebutan Gereja Gothic Sayidan karena arsitekturnya yang mirip dengan gereja yang beraliran desain gothic dan berada di tengah Kampung Sayidan yang terkenal sebagai kampung wisata di Jogja. Kampung yang dilintasi oleh Sungai Code yang menjadi objek andalan kini punya andalan baru yaitu Gereja Gothic Sayidan. Berfoto di tempat ini seperti sedang berada di kastil negeri dongeng Eropa.

Pemilik pertama yang membangun tempat ini adalah warga keturunan Tionghoa yang bernama Ny Esther Widyo Wanandyo (alm). Dia awalnya membangun rumah biasa dan mulai mendekor ulang bentuk bangunan dengan gaya Eropa pada tahun 1986. Ny. Esther memiliki gelar K.MAT karena berdasarkan sejarah Ny Esther masih berkerabat dengan keraton Surakarta. Ny. Esther memiliki suami bernama R. Petrus Haryono yang merupakan seorang pembatik yang memiliki hubungan kerabat dengan Keraton Jogja. Keluarga itu memiliki usaha batik yang cukup terkenal dan menjual batiknya di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Pasangan suami istri tersebut telah meninggal sejak lama dan mewariskan hartanya kepada keturunannya. Keluarga pemilik Gereja Gothic Sayidan adalah orang yang sama yang memiliki Museum Ullen Sentalu, sebuah museum yang berada di Jalan Boyong KM 25, Kaliurang Barat, Hargobinangun, Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu koleksi museumnya adalah batik dari keluarga ini zaman dahulu. “Ullen Sentalu” sendiri memiliki kepanjangan dalam Bahasa Jawa Ulating Blencong Sejatine Tataning Lumaku, yang artinya Pelita Hidup Bagi Perjalanan Manusia.

Lokasi tempat ini jaraknya kurang lebih 900 meter dari titik nol km Yogyakarta. Tak jauh dari tempat wisata lain, seperti Jalan Malioboro, Alun-Alun Utara, Keraton Jogja, dan Taman Pintar. Untuk mencapai tempat ini harus melewat Jalan Brigjend Katamso dari arah perempatan Senopati ke selatan dan tepat 250 meter di perempatan Ibu Ruswo di arah kiri jalan sudah terlihat penampakan bangunan ini yang arsitekturnya terlihat mencolok dari bangunan di sekitarnya dari jalan raya. Lokasinya berada di belakang komplek ruko Gondomanan Square. Untuk memasukinya ada sebuah gang kecil di utara komplek ruko Gondomanan. Pengunjung yang penasaran dengan tempat ini tidak bisa masuk ke dalam bangunan karena dikunci. Pintu masuknya sendiri ada di sebelah utara bangunan. Pintu masuk bangunan ini memiliki desain akar merah yang khas.

Viralnya bangunan ini di media sosial membuat para pengunjung yang penasaran beberapa kali tersesat mencari jalan masuk. Mereka mengira jalan masuk ada di sekitar kantor polisi Gondomanan yang berada di sebelah selatannya. Petugas pun memberitahukan jalan masuknya ada di sebelah utara. Lokasi tempat ini memang tidak ada petunjuk arahnya. Ibu Ruswo untuk mempersingkat waktu.

Ramainya pengunjung yang berdatangan membuat warga sekitar memanfaatkannya sebagai ladang mencari uang tambahan. Salah satunya dengan cara membuka tempat parkir untuk pengunjung yang mendatangi Gereja Gothic Sayidan. Hal ini juga digunakan untuk menghindari kemacetan yang terjadi karena kendaraan pengunjung yang semrawut tak tertata menghalangi pengguna jalan raya dan jalan gang kampung. Dengan memanfaatkan bekas bangunan Bah Petruk. Tempat parkir yang tersedia hanya untuk kendaraan roda dua saja, karena jalan menuju lokasi foto yang sebenarnya adalah bekas bangunan lain yang dipugar telah di pagar mengelilingi tempat itu dengan pintu masuk yang lebarnya kurang lebih hanya satu meter saja. Maka dari itu pengunjung tidak disarankan membawa mobil, terlebih lokasinya berada di sebelah jalan raya dekat dengan perempatan bisa mengakibatkan kemacetan jika parkir sembarangan.

Tarif parkir yang dipatok warga hanya 2.000 rupiah saja. Dikarenakan pemilik bekas bangunan Bah Petruk yang dijadikan lokasi foto dan tempat parkir adalah milik swasta dan sering berganti kepemilikan.

Setiap harinya selalu ada wisatawan yang datang berkunjung. Pungunjung bertambah banyak saat akhir pekan dan saat musim liburan datang. Pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari Jogja saja. Salah satu pengunjung bernama Carisa dan temannya bahkan rela datang jauh-jauh dari Klaten hanya untuk bisa berfoto dengan bangunan ini. Ia mengaku mendapat informasi tempat berfoto yang unik ini dari viralnya foto-foto masyarakat di Instagram. Rasa penasarannya terhadap bangunan ini membuatnya berkunjung ke Jogja hanya untuk ke tempat ini. Menurutnya desain bangunan yang unik dan klasik menjadi daya tarik untuk dijadikan latar belakang swaberfoto.

Reporter: Wildan Ghufron

Leave a Reply