Puisi-Puisi yang Tumbuh dari Gejayan 2019

Bangun!

Indonesia hari ini adalah kepungan asap yang

mencekik paru-paru dari tangan yang pura-pura tidak tahu

 

Indonesia hari ini adalah demokrasi yang

dilecehkan, diperkosa oleh rezim orde baru

 

Indonesia hari ini adalah mata air masalah,

Mengalir pada kehidupan, sedia memecah belah

 

Gejayan kembali memanggil hari ini!

“Kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat”

Bagaimana? masih mau menutup mata? atau

pura-pura tak punya telinga?

 

Kemari! kita seka air mata pertiwi

Bela negeri dengan orasi yang berani

Berontak persekusi yang semakin menjadi

 

Yogyakarta, 23 September 2019

Oleh Galuh Lara Yudhistira, mahasiswa PBSI angkatan 2017.

 

Karang Malang

Gejolak semakin menjadi

Apakah ini sebuah kompetisi?

 

Rakyatmu begitu jelata

Bukti pajak remuk badan kami tunaikan

 

Elit seakan menjelma dewa

Undang-undang bukanlah buku harian,

apalagi bahan candaan

Elit makin gandrung kekuasaan

Terlalu kemrungsung sebagai cendekiawan

 

Ini Indonesia

Rakyat paling sakti

Paling sakit

 

Oleh Andan Sidik Sadewo, mahasiswa PBSI angkatan 2016

 

Seruan Perlawanan

 

Sekarang bukan waktunya tidur

Di tempat ini kita berkumpul

Menyerukan suara-suara kebebasan

Menyerukan nada-nada perlawanan

Tanpa sedikit ketakutan

Ataupun keraguan

 

Bukan hanya sekedar mengisi instastory belaka

Bukan juga mengekor seseorang

Tapi dari hati nurani ini

Kami berjuang

Menuntut keadilan yang dirampas

Melawan kerakusan penguasa

 

Yogyakarta, 23 September 2019

Oleh Dyah Asri Widayati, mahasiswa PBSI angkatan 2016. Puisi ini pernah dipublikasikan dalam aplikasi Ketix (@Dyahasri30)

 

Gejayan 1998 dan Gejayan 2019

Tempat menjadi saksi
Tempat menjadi aksi
Aksi membela NKRI

Wahai orang-orang berdasi
Turunlah engkau dari kursi demokrasi
Mau jadi apa negeri ini
Keputusanmu sungguh tak berati

 

Oleh Adi Luhung Triaji Pamungkas, mahasiswa PBSI angkatan 2016.

 

Lawan!

Menerjang terjang

Terjang menerjang terus menerjang

Terus menerjang sampai terjang

Terjag terjang terjang

Lawan lawan lawan!!

Gejolak bumi manusia pada negeriku tercinta

Ingin ku langitkan doa kepadanya-Nya

Sembari mengangkat telapak tangan,

Ya allah, siapa yang hendak disalahkan?

Nanti dulu, apakah kita saling diadu doma?

atau kita lupa akan kebesaran-Nya?

 

Yogyakarta 23 September 2019

Oleh Cindy Arveni, mahasiswa PBSI angkatan 2016.

 

 

Boneka Domba

Malam ribut
Mendengar urita berturut-turut
Hingga semakin larut
Hanya ingin aku bertanya
Apa tujuannya?
Siapa pencetusnya?
Siapa penanggung jawabnya?
Apa ini sandiwara para penguasa
Dengan tidak menggunakan logika
Menjadikan kami boneka
Lalu mengadu domba
Apa guna ilmu dan pendidikan tinggi
Kalau hanya untuk mengibuli
Kami sudah lelah
Jangan kalian menambah
Pesan kami yang sedang resah
Jangan lupa pada yang kau sembah!

 

Oleh Arda Damar Pinasti, mahasiswa PBSI angkatan 2016.

 

 

Leave a Reply