Aroma Bungkil Puisi-Puisi Khumaeroh Dewi

Sumber Lentera.co.id

Anakmu

Retina yang biru menatapku penuh keteduhan
Rambutnya yang memutih tak bisa kuhitung
Dekap hangatnya jarang kutemui
Di peluknya aku ingin menangis
Memecah air mata bersamanya
Tanpa banyak tanda tanya
Pada bahunya aku ingin bersandar
Melepas lelah yang teramat
Bersamanya aku ingin kembali pada-Nya

Gs, 5-7-19

Aroma Bungkil

Padi menguning dengan bingkai jendela
Telapak kaki tua mencium pertiwi
Jarum usiaku kian memendek
Aroma itu tiada pernah kulupa
Tiap kali berdansa dengan angin
Merayu hidungku
Kelapa telah mati
Tergores dan tersayat gigi besi
Darahnya suci mengalir
Aroma bungkil tak sedikitpun terkucil
Di masa kanak-kanakku yang mungil
Kini…
Aroma itu terasa jauh di kota yang tak kecil

Gs, 19/5/18

Mengelupas Rasaku Tiap Fajar

Tuhan menciptakan mata, untuk menundukan pandangan
Tuhan menyampaikan jarak untuk menitipkan rindu
Tuhan menghadiahkan kalbu untuk menitipkan rasa
Rasa rinduku mengelupas tiap fajar
Rindu pada wanita yang didamba ayah
Rindu pada lelaki yang dicintai ibu
Rindu pada seseorang wanita yang dilahirkan ibu, sebelum aku
Rindu pada masa lalu yang menjijikan
Rindu pada bulu mata yang merontokkan hati
Rindu pada maut, yang datang kapanpun

Gs, 16/11/18

Si Buta

Menatap aksara adalah perjuangan
Sedari buta lalu menatap hingga mantap
Berjuang bersama
Melawan waktu yang terus menipis
Melawan terik matahari
Menghantam dinginnya cuaca
Demi angkuhnya kemalasan
Yang terus menari di pelapukan
Berbekal niat
Berbalut semangat dari ibu
Terguyur keringat bapak
Kini sang buta dapat menatap
Indahnya aksara
Padamu kebodohan tersungkur malu

Gs, 8/7/19

Khumaeroh Dewi

Leave a Reply