Pentas JAB: Jangan Menghambur-Hamburkan Cahaya

Sabtu 06 Juli 2019, Teater JAB (Jaringan Anak Bahasa) melaksanakan studi pentas yang berlokasi di Auditorium kampus 1 UAD.

Studi pentas ini dilaksanakan sudah yang ke-5 kalinya.  Teater JAB mengusung tema “Laku Rancak Ubah Sarwa” yang artinya berbuat baik akan dapat kebaikan juga. Sesuai dengan tema maka para anggota teater JAB mengharapkan dapat menanamkan nilai kebaikan didalam diri maupun dalam setiap anggota.

Mereka mementaskan sebuah naskah yang berjudul “Cahaya Rumah Ayah” sebuah karya dari Anes Prabu S. Disutradarai oleh Mirja Sentani, Maulana Aziz sebagai astrada, dibintangi oleh Intan Safitri, Mukhammad Rizal, Panji Hidayat, Habibar, Hafidz Nurul Izza, dan Wiwin Astuti.

Pementasan ini berlangsung pada pukul 20.00 – 21.00 WIB serta dihadiri oleh beberapa dosen PBSI dan Kaprodi yang diwakilkan oleh bapak Wachid Eko Purwanto, S.Pd.,M.A.

Wahyuningsih selaku pemimpin produksi berkata studi pentas ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali, setiap ada anggota baru JAB masuk biasanya diadakan studi pentas sebagai proses belajar mereka ke depan dan untuk mengasah kemampuan anggota baru dalam berteater.

“Persiapan kami lakukan hampir dua bulan lebih, selama berproses kendalanya di dana karena kami membiayai sendiri studi pentas tidak meminta kepada pihak kampus, karena kami ingin merasakan mencari uang sendiri itu seperti apa, banyak cara kami lakukan untuk mencari dana melalui usaha menjual martabak cuko dan mulung disekitar kampus, akhirnya dana itu terkumpul selama dua bulan kami berproses”. Sambung Wahyuningsih.

Selain itu, Naskah “Cahaya Rumah Ayah” yang berkisah bahwa listrik sebagai simbol hingar bingarnya dunia.

“Cerita ini mengingatkan kita dengan Rumah Cahaya karya Ahmad Tohari. Jadi terinspirasi dari sana”, ujar Mirja mahasiswa PBSI asal Bangka ini.

Mirja juga menambahkan dipilihnya naskah tersebut karena sesuai dengan keadaan saat ini banyak dari kita menghambur-hamburkan cahaya untuk mencari kenikmatan tanpa tahu efeknya. Pesannya jangan terlarut dengan hingar bingar dunia.

Sementara itu, Erlangga mahasiswa PBSI angkatan 2018 yang datang sebagai penonton mengatakan menonton studi pentas adalah pengalaman pertamanya dan mengesankan, tata letak panggungnya sangat sesuai sekali dan pertama kali lampu dihidupkan terlihat menakjubkan seperti menonton langsung di televisi. Alur ceritanya menunjukan ada dua persepsi menurutnya yang pertama, menyadarkan kita agar hemat cahaya (listrik)  dan yang kedua cahaya sebagai karunia dari Allah SWT yang bukan untuk dihambur-hamburkan.

 

Reporter: Annisa Maulida Ramadhani

 

 

Leave a Reply