Pendidikan Zaman Perang Hingga Zaman Teknologi

(Yogyakarta, Mei 2019) Pada Bulan Mei, tepatnya tanggal 2 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Indonesia. Hari lahirnya tokoh besar yang berpengaruh dalam dunia pendidikan di Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Siapa sangka tokoh ini merupakan menteri pendidikan pertama Indonesia saat baru merdeka. Hardiknas dirayakan pertama kali pada tahun 1960, satu tahun setelah dia wafat. Ketika itu pemerintah mengambil keputusan menetapkannya sebagai bapak pendidikan Indonesia, lalu menetapkan Surat Keputusan Presiden untuk membuat tanggal lahirnya menjadi Hardiknas. Pada tahun 2019 ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia mengambil tema Hardiknas “Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan”.

Muhadjir Effendy, selaku menteri pendidikan Indonesia saat ini. Dalam peringatan Hardiknas 2019, pada sebuah acara talkshow yang digelar Kemendikbud mengangkat isu tentang Teknologi Pendidikan dan Peran Pendidikan Pada Revolusi Industri 4.0. Dari jajaran tokoh dalam kementerian pendidikan itu, mereka membahas tentang betapa pentingnya pengaruh teknologi saat ini, salah satunya dalam dunia pendidikan. Kemajuan teknologi harus dimanfaatkan untuk kemajuan pendidikan juga. Bagaimana dahulu bapak pendidikan Indonesia kita merintis dunia pendidikan Indonesia sejak zaman kolonial Belanda. Bersama beberapa tokoh lain yang bergerak dalam dunia pendidikan.

Mengingat bagaimana kemajuan pendidikan pada zaman sebelum Indonesia merdeka. Bagaimana para tokoh yang merintis pendidikan Indonesia agar setidaknya pendidikan bisa dinikmati seluruh lapisan masyarakat. Walaupun jumlah pelopor pendidikan Indonesia yang tak terlalu banyak, diantaranya Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswa-nya, Kartini dengan Bumiputera-nya, K.H. Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah-nya, dll. Walaupun dahulu tujuan utama pendidikan yang ditempuh tokoh-tokoh ini pada awalnya untuk melawan bangsa Belanda dari segi perang intelektual intelektual (agar tidak dibodohi). Karena mereka sadar jika melawan penjajah tak hanya lewat perjuangan tenaga saja, tapi juga dari intelektual untuk membangun negara. Hingga pada masa sekarang tantangan pendidikan terus bertambah, permasalahan pun semakin banyak. Dengan terciptanya era globalisasi menjadikan persaingan intelektualitas antar negara bertambah. Teknologi seakan menjadi solusi yang muncul untuk menyeimbangkan seiring meningkatnya problematika baru dalam dunia pendidikan.

Apa sebenarnya peran Teknologi dalam dunia pendidikan pada khususnya. Implementasi teknologi pada dunia pendidikan masa kini memang sudah terlihat jika diamati dari segi fasilitas yang disediakan pemerintah. Walaupun implementasinya baru bisa dirasakan dari wilayah perkotaan dan sekitarnya. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan daerah pedalaman yang sulit diakses. Namun tak semua daerah pinggiran mengalaminya, menurut seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Mataram, Sauqy (semester 6). Dalam sebuah obrolan dia mengutarakan jika di kampusnya yang berada diluar Jawa itu (Asumsi di masyarakat pembangunan paling maju ada di Pulau Jawa), sudah menerapkan teknologi dalam pembelajarannya. Dalam artian hal ini bukan hanya soal fasilitas yang kelihatan saja (barang, peralaatan) tetapi juga dari segi hal yang tak nampak (aplikasi/e-learning). Pemanfaatan aplikasi dalam proses pembelajaran di kampusnya sudah di terapkan oleh semua dosen. Pemanfaataan aplikasi dalam dunia pendidikan memang bukan hal yang baru, apalagi masuk pada tingkat perguruan tinggi. Namun implementasi di luar Jawa oleh penulis anggap sebagai sesuatu yang langka, apalagi semua dosen bisa memanfaaatkannya (pengalaman penulis di dalam perkuliahan, hanya beberapa dosen yang memanfaatkan fasilitas aplikasi pendidikan). Menurut Sauqy, mahasiswa yang mengambil tingkat D3 ini, dosen pembimbingnya biasa memanfaatkan fasilitas mengajar secara daring jika dia sedang ada acara di luar kota. Contoh kampus lain yang memanfaatkan fasilitas aplikasi pendidikan yaitu Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan e-learning Besmart-nya dan Universitas Terbuka (UT) dengan aplikasi UT Online-nya. Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sendiri mempunyai e-learning UAD, namun masih berbentuk situs web dan belum ada versi aplikasi yang lebih ringkas. Menurut Tika, salah satu mahasiswa UNY Fakultas Ekonomi, dia mengatakan jika kampusnya sering memanfaatkan e-learning dalam kegiatan perkuliahan.

Dari hal ini bisa ditarik kesimpulan jika fasilitas teknologi yang diberikan pemerintah ataupun lembaga pendidikaa tak hanya berbentuk peralatan. Pengembangan media, dalam hal ini aplikasi/e-learning juga bermanfaat bagi dunia pendidikan. Dan yang paling penting adalah kemampuan tenaga pendidik dalam memanfaatkan fasilitas yang ada. Faktanya masih jarang tenaga pendidik yang melek teknologi, alasan utamanya adalah perbedaan generasi. Namun apa iya perbedaan generasi menjadi alasan tenaga pendidik untuk acuh dengan teknologi, bagaimana mereka menanamkan sifat untuk mau belajar hal baru?

Mochammad Hafid, salah satu dosen muda di Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UAD menjelaskan pendapatnya tentang perbedaan generasi tenaga pendidik ini.

“Menurut saya, tenaga pendidik yang kurang paham teknologi itu wajar. Apalagi jika tenaga pendidik berasal dari generasi baby boomers, yaitu usia pensiunan dengan tahun lahir <1960 (generasi yang lahir setelah perang). Tenaga pendidik yang berasal dari generasi X (tahun lahir 1961 – 1980), harus tetap mengikuti perkembangan teknologi supaya ilmunya terus berkembang” ujar pemuda yang juga berprofesi sebagai news presenter TVRI, penyiar radio, dan pengisi suara ini.

Hafid, biasanya mengajar selalu menggunakan teknologi terkini, tidak hanya manfaatkan proyektor, laptop, dan bluetooth speaker sebagai alat bantu. Namun konten dan media juga dia buat dengan menarik. Media yang digunakan tidak hanya menggunakan power point (ppt), namun menggunakan media instagram (story instagram), twitter, maupun youtube. “Sejauh saya mengajar, reaksi peserta didik merespon dengan baik dan antusias. Karena media pembelajaran yang digunakan merupakan kebiasaan mereka dan dekat dengan mereka.” ujarnya. Menurutnya salah satu cara agar tenaga pendidik bisa memanfaatkan kemajuan teknologi dalam proses pembelajaran adalah dengan pelatihan atau diklat. Tenaga pendidik dan penyelenggara pendidikan bersama-sama menciptakan inovasi teknologi untuk pembelajaran kepada peserta didik.

Pemanfaatan teknologi model media yang diterapkan oleh Hafid sangat bermanfaat. Apalagi jurusan yang dia ajar adalah jurusan pendidikan. Sehingga harapan nantinya para mahasiswa calon guru bisa meniru apa yang sudah dilakukan dosennya tersebut. Mengembangkan media pembelajaran merupakan sesuatu yang tidak mudah karena juga harus mudah diterima peserta didik di usia apapun. Jika media yang digunakan dekat dengan kehidupan peserta didik, maka itu akan mempermudah peserta didik untuk memahaminya.

Dunia pendidikan di Indonesia saat ini akan terus berkembang, Dunia pendidikan di Indonesia yang diawali dari zaman perang hingga zaman teknologi saat ini. Tak hanya dari segi kurikulumnya saja, tetapi hingga ke tenaga pendidiknya. Tak hanya di lingkungan kampus yang bisa memanfaatkan teknologi. Bagaimana cara meratakan fasilitas pendidikan dalam jenjang apapun dan daerah apapun. Bagaimana peran teknologi bisa mempermudah semuanya karena sudah jelas perkembangan pesat teknologi saat ini membuat semua orang memegang teknologi dalam genggaman. (WIL)

Leave a Reply