Menafsir Sastra dari Negeri Jiran Bersama Ghazali Husein

Yogyakarta – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), melaksanakan kuliah umum pada hari Selasa, 01 Oktober 2019 dengan tema Menafsir Sastra dari Negeri Jiran” yang diisi oleh pembicara sastrawan asal Malaysia, yakni Ghazali Husein, Sajuta, dan Mukhtar.

Berbicara tentang Sastra dari Negeri Jiran, Ghazali Husein menyampaikan bahwa di Malaysia setiap pelajar diwajibkan untuk membaca atau mengapresiasi karya sastra sejak di bangku Sekolah Dasar (SD), bahkan hal ini menjadi syarat kelulusan dalam setiap jenjang pendidikan.

Tidak hanya karya sastra Malaysia yang diapresiasi tetapi, sastrawan Indonesia seperti Hamka, Amir Hamzah, dan Sapardi Djoko Damono pun menjadi sorotan pelajar di sana.

Selain menceritakan sistem pembelajaran sastra di Malaysia, Ghazali, Sajuta, dan Mukhtar juga menjelaskan tentang tips-tips menulis.

Ada banyak cara untuk bisa menulis, yaitu niat dan perbanyak bahan bacaan. Media bacaan yang digunakan tidak hanya melalui gawai saja, namun bisa menggunakan media cetak seperti surat kabar, buku, dan lain sebagainya.

Menurut Erlangga selaku mahasiswa semester tiga PBSI, materi ini sangat menarik untuk mahasiswa bahasa dan sastra. Dengan mengikuti acara kuliah umum ini kita tidak hanya mengenal sastrawan di Indonesia tetapi dapat mengenal sastrawan dari negara tetangga, Malaysia.

“Poin penting yang saya dapatkan adalah kita harus terus berkarya. Jangan hiraukan perkataan orang lain walaupun karya kita dinilai jelek. Mendapat kritikan merupakan hal yang baik untuk mengevaluasi diri sendiri. Apa pun hasilnya, kita bisa koreksi lagi,”ujar Erlangga.

Selain itu, ia berharap melalui kuliah umum tersebut orang-orang lebih memperdalam ilmu tentang sastra dan memperbanyak bahan bacaan sehingga tulisan yang dihasilkan lebih bermutu.

Fitri Merawati M.A., sebagai ketua penyelenggara mengungkapkan bahwa kuliah umum ini diselenggarakan atas dasar kerja sama PBSI FKIP UAD dengan Himpunan sarjana kesusastraan Indonesia (HISKI) dari Komisariat UAD.

“Sebenarnya ini hanya pemantik, jadi diharapkan untuk mahasiswa bisa memanfaatkan hasil dari kuliah umum ini, sehingga mereka lebih produktif menulis, memperoleh sudut pandang baru dalam mengkaji karya sastra, dan menjadi lebih tahu bagaimana tanggapan orang dari luar negeri terhadap karya sastra Indonesia,” Tutupnya. (Ika & Sani).

 

Leave a Reply