Mengulik Komunitas Kelas Sunyi

Komunitas kelas sunyi merupakan sebuah ruang diskusi untuk belajar puisi. Nama komunitas ini sebenarnya tidak ada nilai filosofisnya. Komunitas ini dibentuk oleh Bayu Aji Setiawan dan beberapa teman JAB. Pada awalnya Bayu dkk. berkeinginan untuk membentuk ruang alternatif diskusi tetapi bukan sastra namun, hal ini tidak berjalan. Sehingga pada bulan November 2018, Bayu mencoba mendekati teman-teman yang aktif menulis di beberapa media, hampir sebagian dari mereka tidak berkomunitas.

Di UAD sendiri juga tidak ada komunitas sastra, ada komunitas sastra yang bernama Jejak Imaji namun diluar UAD.

Bayu mengatakan,

“Ini merupakan salah satu bentuk kritikan terhadap kampus karena kampus tidak pernah memperhatikan mahasiswa yang senang menulis.”

Orang pertama yang diajak bergabung dengan komunitas ini adalah Nohan Wijaya dan dia cukup tertarik dengan komunitas ini.  Mencari teman-teman yang gemar dan berkeinginan untuk menulis adalah salah satu hambatan dalam membentuk komunitas ini.

Sedangkan dalam diskusi, hambatannya berupa banyak anggota yang berkendala hadir dalam diskusi dan mental masing-masing anggota yang belum siap. Di dalam ruang diskusi ini tentu saja berisi kritik dan saran. Anggota yang tidak tahan dengan kritik dan saran maka mundur dengan sendirinya.

Bayu menambahkan,

“Sekarang sastra banyak ditinggalkan karena ketika orang memilih di sastra, maka risikonya dia harus tahan banting untuk dikritisi dan diberi masukkan terhadap karya sastranya.”

Hampir sebagian mahasiswa PBSI tidak terbiasa dengan diskusi, apalagi diskusi sastra. Hanya beberapa mahasiswa yang senang berdiskusi tetapi selebihnya tidak terbiasa dengan diskusi. Jadi ketika berdiskusi terutama diskusi sastra dan kemudian diberi masukkan pada hasil karyanya banyak dari mereka yang tidak menerima, ada yang mau menerima tetapi mentalnya yang belum siap.  Menjadi mahasiswa sastra tentu harus siap mental dengan kritik dan saran yang diterima dalam karya sastranya.

Komunitas ini juga menerapkan pola yang longgar dalam memberikan masukkan kepada anggotanya. Dalam satu minggu komunitas ini mengadakan dua kali diskusi yaitu di malam Selasa dan malam Jumat namun, apabila ada diskusi diluar puisi maka diskusi dapat dilakukan setiap hari. Agenda kelas sunyi yaitu diskusi puisi secara bergilir. Diskusi pertama akan ditentukan puisi karya siapa yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Sebelum malam diskusi, orang yang ditunjuk membuat puisi harus sudah menyiapkannya, dan pada malam diskusi anggota lain akan memberi masukkan terhadap puisi yang telah dibuat oleh anggota lain. Jemi Ilham sebagai salah satu anggota komunitas ini mengatakan,

“Meskipun komunitas dan diskusi ini baru berusia jagung namun komunitas ini telah memberikan dampak positif bagi kami.

Dan meskipun komunitas ini sedang vakum tetapi anggotanya masih terus menulis dan dimuat di media.

” Nde Lueh merupakan salah satu tempat yang sering digunakan untuk berdiskusi. “Anggota komunitas ini tidak terhitung dan saya tidak memperdulikan berapa jumlah anggota dalam komunitas ini yang terpenting komunitas ini dapat bermanfaat untuk orang-orang yang membutuhkan,” ujar Bayu mahasiswa asli Riau ini.

Ada sepuluh orang yang aktif mengikuti setiap kegiatan dalam komunitas ini. Hampir 50% dari anggota komunitas  puisi atau karyanya sudah dimuat di media massa dan terus berjalan, seperti Jemi Ilham dan Nohan Wijaya. Tidak ada sistem merekrut anggota baru dalam komunitas ini namun, apabila ada yang tertarik maka bisa menghubungi anggota komunitas atau menghubungi lewat instagram @kelas.sunyi. Bayu berharap ada penulis-penulis baru yang muncul setelah mengikuti diskusi-diskusi seperti ini.

 

 

Reporter: Desy Asfiyatun

Leave a Reply