BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan, baik di kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara. Tujuan komunikasi adalah untuk menyampaikan suatu pesan tertentu antara dua orang atau lebih. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Fungsi bahasa pada umumnya adalah sebagai sarana komunikasi, integritas dan adaptasi, sarana kontrol sosial, memahami diri, ekspresi diri, memahami orang lain, mengamati lingkungan sosial, bahasa sebagai sarana berfikir, bahasa membangun karakter, dan lain sebagainya.
Salah satu bahasa yang sering digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa Indonesia. Keeksistensian dan peran bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara di era globaliasi seperti sekarang ini semakin meredup, dikarenakan tergantikan oleh bahasa-bahasa yang dianggap lebih keren dan lebih bagus misalnya saja bahasa gaul versi anak remaja. Perkembangan dan penggunaan bahasa-bahasa gaul tidak hanya terjadi dikalangan anak remaja, bahkan yang lebih memprihatinkan anak-anak ikut turut serta menjadi pengguna bahasa-bahasa gaul sebagai dari akibat perkembangan zaman dan tekhnologi. Generasi milenial atau yang biasa disebut dengan generasi Z (generasi internet) yaitu anak yang lahir antara tahun 1995-2010 dengan usia antara 11-21 tahun yang masih duduk dibangku sekolah. Generasi Z mempunyai kecenderungan yang sama dengan generasi Y yaitu mampu menggunakan gadget canggih dan akrab dengan dunia maya, sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka.
Penanaman dan penerapan kebiasaan menggunakan bahasa Indoensia ketika di sekolah kepada anak merupakan salah satu cara yang efektif untuk tetap menjaga keeksistensian bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat dimana para orangtua mempercayakan pendidikan tambahan untuk anak-anak mereka agar menjadi manusia yang memiliki karakter yang baik, serta mempunyai wawasan yang luas. Didikan yang baik dan benar yang dilakukan oleh guru di sekolah, akan mempengaruhi cara berfikir peserta didik.
Masalah yang kemudian muncul adalah apakah pertumbuhan bahasa-bahasa gaul mempengaruhi pertumbuhan bahasa Indonesia? bagaimana peran pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di sekolah? Dan bagaimana strategi yang tepat untuk merevitalisasi citra bahasa Indonesia melalui pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di sekolah?
Tujuan penulisan esai ini adalah untuk mengetahui pengaruh bahasa gaul yang digunakan oleh anak-anak dan remaja, untuk mengetahui peran pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di sekolah, dan untuk mendeskripsikan strategi yang tepat untuk merevitalisasikan citra bahasa Indonesia melalui pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERMASALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA
Masa kanak-kanak dan remaja merupakan masa pembentukan jati diri seorang individu. Cerminan jati diri seseorang bisa terlihat melalui bahasa yang digunakan saat berkomunikasi. Perkembangan bahasa yang diperoleh individu akan mempengaruhi komunikasi dengan individu lain. Perkembangan dan perubahan zaman telah mengubah gaya hidup dan gaya komunikasi anak-anak dan remaja dengan menggunakan bahasa-bahasa yang dianggap lebih keren seperti bahasa gaul (slank). Anak-anak dan remaja yang tidak menggunakan bahasa bahasa gaul (slank) dalam berkomunikasi akan dianggap tidak gaul, katro, ndeso, dan lain sebagainya. Sehingga, penggunaan bahasa Indonesia untuk sarana komunikasi telah tergantikan oleh bahasa gaul (slank).
Bahasa gaul (slank) yang dianggap sebagai bahasa gaul oleh anak-anak dan remaja telah menggantikan peran dan posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, dan sebagai bahasa identitas negara. Padahal, anak-anak dan remaja adalah aset bangsa, yang mempunyai andil yang cukup besar untuk tetap melestarikan, menghidupkan, dan menjaga keeksistensian bahasa Indonesia sebagai jati diri negara. Jika bukan anak-anak dan remaja bangsa, siapa lagi yang akan melestarikan dan meneruskan tongkat estafet penggunaan bahasa Indonesia di masa mendatang?
B. PERAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH
Salah satu usaha untuk mempertahankan keesistensian bahas Indonesia adalah melalui usaha pendidikan. Selain memperoleh pendidikan yang utama yaitu pendidikan yang ada di keluarga, pendidikan formal seperti di lembaga pendidikan (sekolah) memiliki peran yang sangat penting dalam mempertahankan keesistensian bahasa Indonesia. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) atau yang lebih sering dikenal dengan mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus diberikan pihak sekolah kepada peserta didik. Menurut aturan Kemendikbud dalam Pedoman Penyelarasan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (2016), pendidikan bahasa Indonesia yang dilaksanakan di sekolah harus memuat 3 lingkup materi pembelajaran yaitu materi berbahasa, bersastra, dan literasi.
Pembelajaran bahasa mencakup pembelajaran pengetahuan kebahasaindonesiaan dan cara penggunaannya secara efektif. Peserta didik belajar tentang fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana berinteraksi secara efektif, membangun dan membina hubungan, mengungkapkan dan mempertukarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap berbahasa. Pemahaman tentang bahasa, sebagai penghela pengetahuan dan wahana komunikasi, diharapkan dapat menjadikan peserta didik sebagai pengguna bahasa Indonesia yang komunikatif dan produktif, baik secara lisan maupun tulis.
Pembelajaran sastra meliputi pemahaman karya sastra sebagai khazanah kekayaan rohani bangsa, dengan cara mengkaji nilai-nilai luhur, budaya, sosial, dan estetik dalam karya sastra untuk pengembangan sikap, pengetahuan, dan kecakapan peserta didik yang berbudaya Indonesia. Selain memuat pembelajaran berbahasa dan bersastra, lingkup pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah juga harus memuat literasi. Literasi diartikan sebagai kemampuan peserta didik dalam “Melek Wacana”. Pengembangan literasi merupakan upaya peningkatan kemampuan berbahasa dan bersastra yang berhubungan dengan keberhasilan dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Hal itu diantaranya ditandai dengan kegemaran dan kemampuan peserta didik dalam membaca makna tersurat dan tersirat, kemampuan menulis secara benar dan jelas, serta dapat mengembangkan kemampuan tersebut melalui berbagai kegiatan sehari-hari di sekolah, masyarakat, ataupun dunia kerja nantinya.
Jadi, hakikat pembelajaran bahasa Indonesaia yang dilaksanakan di sekolah yaitu sebagai sarana berfikir, pemersatu bangsa, penghela ilmu pengetahuan, penghalus budi pekerti, pelestari budaya bangsa, dan bahasa pengantar pendidikan.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH
Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan yaitu (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, (2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia.
D. STRATEGI UNTUK MEREVITALISASI CITRA BAHASA INDONESIA PADA GENERASI MILENIAL MELALUI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH
- Pengenalan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Di Sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang dipercaya oleh masyarakat memiliki peran sangat penting untuk membentuk calon-calon penerus bangsa yang mampu menggunakan bahasa negaranya dengan baik dan benar terutama untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Pengenalan dan penggunaan bahasa Indonesia di sekolah mempunyai peran sangat penting untuk tetap mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia.
- Pelatian Guru Agar Menjadi Mitra yang Baik Bagi Peserta Didik. Guru diberikan pelatihan untuk dapat memberikan pelayanan pendidikan yang baik kepada peserta didik sesuai dengan minat dan bakat. Selain itu, guru juga harus bisa membangkitkan semangat peserta didik untuk lebih mencintai bahasa negara sendiri yaitu bahasa Indonesia. Usaha-usaha yang bisa dilakukan misalnya dengan membiasakan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, membuat karangan-karangan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan lain sebagainya.
- Budayakan Gerakan Literasi. Membudayakan gerakan literasi (membaca dan menulis) kepada generasi muda merupakan salah satu upaya untuk tetap mengesistensikan bahasa Indonesia, karena dengan membiasakan budaya literasi dapat memperkaya kemampuan berbahasa, sehingga diharapkan bahasa Indonesia akan tetap eksis digunakan dikalangan anak-anak dan remaja.
- Membuat Gerakan Penulisan dan Penciptaan Karya Sastra maupun Non Sastra. Media untuk menciptakan sebuah karya sastra maupun non sastra adalah bahasa. Gerakan penulisan dan penciptaan karya sastra maupun non sastra bertujuan untuk membiasakan anak-anak dan remaja menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan untuk menambah kekayaan karya anak muda di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Anak-anak dan remaja adalah aset bangsa, mereka punya andil yang cukup besar untuk tetap melestarikan, menghidupkan, dan menjaga keeksistensian bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia akan tetap hidup jika anak-anak dan remajanya ikut andil dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk komunikasi tertulis maupun tidak tertulis. Sehingga, diharapkan bahasa Indonesia akan tetap eksis di negara sendiri atau bahkan lebih jauh lagi bisa menjadi bahasa Internasional. Strategi yang bisa merevitalisasi bahasa Indonesia pada generasi milenial sekarang ini adalah melalui lembaga pendidikan seperti pengenalan bahasa Indonesia yang baik dan benar di sekolah, pelatian guru agar menjadi mitra yang baik, budayakan literasi, dan membuat gerakan penulisan dan penciptaan karya sastra maupun non sastra.
Juara 3 Lomba Esai Nasional PBSI FKIP UAD 2018
Esais: Nur Fitriyana Dewi, Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia