Mata Tiga

Judul : Pintu

Penulis  : Fira Basuki

Penerbit :Grasindo

Tahun terbit : 2004

Tebal buku : 157 halaman

 

SINOPSIS

Novel ini merupakan  salah satu novel trilogy dari Fira Basuki, dalam novel ini Fira mengisahkan tentang seorang laki-laki bernama Djati Suryo Wibowo Subagio, yang biasa disapa Bowo, Bowie, Bo, atau B. Bowo merupakan laki laki priyai yang memiliki mata ketiga atau indra keenam.

Bowo adalah si bayi kuning, dia lahir berbeda dengan yang lain. Yang menurut orang Jawa  merupakan sebuah keistimewaan, karena bayi tersebut diyakini sebagai orang pilihan atau titisan. Bowo tumbuh dan berkembang melampaui anak usianya.

Kemampuannya melihat roh jin dan hantu membuatnya mengenal seorang tuyul kecil yang hitam. Tuyul kecil itu bernama Jeliteng yang berarti “si hitam” Jeliteng berteman baik dengan Bowo hingga Bowo beranjak remaja dan Jelitengpun pergi dan meninggalkan Bowo. Awalnya Bowo pandai dalam bidang bela diri yaitu Silat, gurunya bernama Pak Haji Brewok, banyak yang ingin berguru pada beliau, namun beliau hanya mengambil murid yang dianggapnya mampu saja.

Kehidupan yang dianggapnya aneh lama kelamaan sedikit mengganggunya, Bowo harus menjalani hari harinya dan berpetualang dengan hal-hal yang berbau spiritual. Yangti (eyang putri) merupakan keturunan Sunan Kalijaga dan tentunya bukan orang biasa.

Suatu ketika Bowo pernah bermimpi bertemu seorang kakek yang menyuruhnya kearah timur, dengan penuh kebingungan Bowo memutuskan untuk pergi ke Jawa Timur tepatnya Surabaya. Bowo merasa perjalanannya menghabiskan waktu 2 hari namun nyatanya dia telah berpetualang selama dua minggu yang membuat semua orang khawatir.

Dan semua yang terjadi diceritakannya pada Yangti, karna hanya Yangti yang paling mengerti. Kemampuannya melihat aura orang orang disekitar didapatnya setelah menuruti mimpi tersebut.

Ketika lulus SMA Bowo diterima di Sipenmaru ITB mengambil jurusan Teknik Geodesi di tahun 1987. Namun Bowo dan ITB tak berjodoh,dia hanya sebentar disana.  Bowo terlibat perkelahian dengan seorang kakak seniornya yang mengakibatkan senior tersebut meninggal.

Walau bukan Bowo yang membunuhnya namun orang tuanya memutuskan agar Bowo pindah kuliah keluar negeri agar lebih aman. Dan saat itu Bowo sedang berpacaran  dengan seorang gadis ningrat bernama Putri, yang merupakan sahabat adiknya June, tak jarang Bowo mengirim surat pada Putri hanya untuk melepas rindu dan berbagi cerita  tentang hidup barunya di Chicago.

Kisah cintanya dengan putri berakhir kandas karna hadirnya seorang perempuan yang bernama Erna Damayanti, perempuan yang ditemuinya di pesta PERMIAS. Mereka tinggal berdua dalam satu atap. Setan memang senang dengan orang yang berlainan jenis yang menyendiri, entah apa yang terjadi,Bowo berhasil terhasut hingga terjadilah sejarah pada malam itu. Erna gigih meminta Bowo menikahinya, dan bertanggung jawab. Erna membuat keributan dan kembali ke Indonesia

Bowo kemudian dipertemukan dengan seorang perempuan bernama Paris, dia adalah seseorang yang menemaninya berkeliling New Orleans. Fakta baru yang Bowo temukan mengenai Paris, perempuan itu ternyata sudah menikah dan satu universitas dengannya.

Paris bercerita tentang segalanya, dan juga tentang suaminya yang sering memukulinya.  Paris semakin dekat dengan Bowo hingga akhirnya jatuh cinta pada laki-laki priyai tersebut. Dan keduanya menjalin hubungan terlarang. Bowo mulai membuka pintu hatinya pada Paris, dia menyukai istri orang tersebut dan menjalin kasih.

Beberapa hari Bowo tak bisa bertemu dengan paris, lalu didengarnya kabar bahwa paris meninggal karna di tikam suaminya sendiri. Bowo kembali hancur dan gelap mendengar sang kekasih tewas ditangan orang yang keji itu. Dia sangat merindukan sosok Paris yang telah menemaninya beberapa waktu lalu.

Setelah kekacauan yang menimpanya, Bowo kembali ke Indonesia, untuk melepas rindu pada mama,papa, dan Yangti. June telah menikah dan menetap di Singapura bersama suaminya. Bowo memiliki niat untuk menikah, namun dia harus membersihkan dirinya.

Bowo diminta Haji Brewok untuk membersihkan diri dari noda tersebut agar tidak bercampur dengan sang calon yang masih suci. Ya, bowo akan menikah dengan Aida, sosok yang lemah lembut yang dikenalnya sejak jaman SMA. Gadis padang tersebut menjadi istri Bowo. Walaupun orang tuanya menginginkan agar bowo menikah dengan orang Jawa. Apa mau dikata, Aidalah yang sedang bersanding dengannya diatas pelaminan.

Dihari itu, Bowo layak seorang raja, dan baginya Aida adalah yang tercantik diruangan itu. Tamu undangan tak mampu ia perhatikan satu per satu, dan dilihatnya seorang perempuan cantik bersanggul dengan kebaya indah yang melekat ditubuhnya, dia adalah putri, sang mantan kekasihnya yang ia campakan. Jantung Bowo kembali bergetar tak karuan melihat Putri. Dan pada hari itu juga Yangti meninggalkan mereka semua, Yangti meninggal dihari pernikahan Bowo setelah mendengar pengakuan Putri bahwa Putri masih mencintai Bowo.

KELEBIHAN

  1. Penciptaan suasana dalam cerita ini dapat membawa pembaca layaknya berada dalam cerita.
  2. Alur cerita membuat pembaca bersemangat dan penasaran membacanya.
  3. Pengaktualisasian budaya Jawa yang kental,
  4. Dan sentuhan sastra yang sangat asyik diciptakan dalam cerita ini.

KEKURANGAN

  1. Ending cerita yang sangat menggantung, setelah kematian Yangti cerita berakhir dan tidak diceritakan kembali mengenai sosok putri dengan jelas
  2. Bowo tidak menggunakan kemampuannya melihat aura terhadap wanita-wanita yang membuatnya terpuruk.
  3. Terdapat beberapa bahasa asing yang tak terdefinisi. (Nrl)

Leave a Reply